05 Nov 2008 -
Saat aku mulai mencintai seseorang, saat itulah aku belajar untuk mengerti dirinya. Mencari tau semua hal apa yang dia sukai, lagu yang bisa menenangkannya dan saat saat yang bisa membuatnya bahagia. Karena aku begitu ingin mengenalnya lebih jauh, menginginkannya lebih dekat.
Tapi ketika semua usaha yang aku lakukan itu ternyata jauh dari semua harapanku, kenyataannya dia tak menganggapku sebagai seseorang yang spesial di hatinya. Maka saat itulah aku belajar untuk mengerti lagi, mungkin inilah jalan yang harus aku hadapi untuk belajar menjadi lebih dewasa dalam menerima kenyataan yang tak sesuai harapan.
Tapi aku akan terus berusaha untuk tetap tersenyum dan bersikap biasa terhadapnya, hanya karena semua tak sesuai harapan bukan berarti aku dan dia tak bisa kembali menjadi teman.
Aku akan berusaha untuk tetap ada saat dia memang membutuhkanku, aku juga akan tetap setia mendengarkan setiap keluh kesahnya.
Sekalipun dia harus curhat tentang dia dan gebetannya...
Suatu saat jika dia bisa mendapatkan pendampingnya maka akupun seharusnya turut berbahagia untuknya, setidaknya dia bisa mendapatkan bahagianya sendiri. Aku harus tetap tersenyum untuk itu, walaupun perih. Satu hal yang ada di pikiranku, jika dia bisa mendapatkan kebahagiaan untuk dirinya. Kenapa aku tidak? Apa mungkin di dalam pikiranku kebahagiaanku satu satunya itu cuma dia? Mungkin saja. Maka saat berpikir seperti itulah aku memutuskan untuk move on, sengaja aku tidak menegurnya untuk beberapa hari menenangkan pikiran ini. Bukan, aku bukan menjauhinya. Aku hanya tidak ingin pencarian kebahagiaanku terhambat oleh dia yang tiba tiba menyelimuti pikiranku.
Walaupun jauh di lubuk hati aku masih sangat menginginkannya, tapi aku tak perlu memohon kepadanya. Aku sadar, aku sudah dewasa, tak perlu aku meminta dia untuk membalas rasa yang selama ini aku punya. Dan saat ini pun aku belajar, bagaimana mengikhlaskan dirinya tanpa harus memohon dan berkata "tidak bisakah kamu mempunyai rasa yang sama sepertiku?"
READ MORE - Memelihara Harapan
Tapi ketika semua usaha yang aku lakukan itu ternyata jauh dari semua harapanku, kenyataannya dia tak menganggapku sebagai seseorang yang spesial di hatinya. Maka saat itulah aku belajar untuk mengerti lagi, mungkin inilah jalan yang harus aku hadapi untuk belajar menjadi lebih dewasa dalam menerima kenyataan yang tak sesuai harapan.
Tapi aku akan terus berusaha untuk tetap tersenyum dan bersikap biasa terhadapnya, hanya karena semua tak sesuai harapan bukan berarti aku dan dia tak bisa kembali menjadi teman.
Aku akan berusaha untuk tetap ada saat dia memang membutuhkanku, aku juga akan tetap setia mendengarkan setiap keluh kesahnya.
Sekalipun dia harus curhat tentang dia dan gebetannya...
Suatu saat jika dia bisa mendapatkan pendampingnya maka akupun seharusnya turut berbahagia untuknya, setidaknya dia bisa mendapatkan bahagianya sendiri. Aku harus tetap tersenyum untuk itu, walaupun perih. Satu hal yang ada di pikiranku, jika dia bisa mendapatkan kebahagiaan untuk dirinya. Kenapa aku tidak? Apa mungkin di dalam pikiranku kebahagiaanku satu satunya itu cuma dia? Mungkin saja. Maka saat berpikir seperti itulah aku memutuskan untuk move on, sengaja aku tidak menegurnya untuk beberapa hari menenangkan pikiran ini. Bukan, aku bukan menjauhinya. Aku hanya tidak ingin pencarian kebahagiaanku terhambat oleh dia yang tiba tiba menyelimuti pikiranku.
Walaupun jauh di lubuk hati aku masih sangat menginginkannya, tapi aku tak perlu memohon kepadanya. Aku sadar, aku sudah dewasa, tak perlu aku meminta dia untuk membalas rasa yang selama ini aku punya. Dan saat ini pun aku belajar, bagaimana mengikhlaskan dirinya tanpa harus memohon dan berkata "tidak bisakah kamu mempunyai rasa yang sama sepertiku?"